Terkadang kita merasa perfect akan kapasitas diri kita, baik itu iman maupun ilmu yang kita miliki, bahkan saat ini kita pun merasa bahwa kita sudah termasuk orang- orang yang beruntung yang pantas untuk masuk ke surga-Nya. Apa kita yakin dengan perasaan atau anggapan tersebut…!?. Hal demikian terbukti bahwasanya kita terlalu terlena dengan dunia dan seisinnya. Dan itu mungkin wajar, karena iman seseorang kadang bertambah dan juga sebaliknya berkurang. Stabilitas keimanan seseorang tentu berbeda- beda, yaitu imannya seorang yang berilmu dan sebaliknya imannya orang yang kurang ilmu, kalau imannya orang yang berilmu dia selalu peka atau sensitive dengan sekelilingnya, dan dia selalu mencoba mengambil ibroh atau hikmah dari tindakan sekelilingnya, sedangkam imannya orang yang qillatul ‘ilm( kurangnya ilmu) selalu ikut- ikutan, disaat orang mengatakan A dia juga A, tanpa mau mengetahui maksud dan point sesungguhnya, dan juga kurang begitu sensitive untuk mengambil hikmah dari peristiwa disekelilingnya. Allah berfirman:”…apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui (berilmu) “-(alayah), jawabanya adalah tentu tidak.
Malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan ( dengan bermacam-macam cobaan) seperti Tsunami, dan Gempa perlu kita ketahui apakah peristiwa itu merupakan adzab (murka Allah) atau suatu cobaan yang meliputi nikmat sebagai syarat untuk menjadi orang yang syah beriman dan bertawakal padaNya ?, kemudian diberikan kemudahan pada mereka yang tengah menghadapi ujian, jawabannya adalah wallahu a’lam. Disaat seperti inilah kita mencoba untuk berintrospeksi akan apa yang telah kita kerjakan. Apa ada upaya untuk memperbaikinya atau tidak?. Seperti yang dinashkan dalam Al Quran pada surah Al Baqarah ayat 214 diatas, yang dijelaskan bahwasannya pada zaman dahulu dimasa Rasul SAW., banyak terjadi cobaan yang beranekaragam sehingga Rasul dan pengikutnya berkata kapan datangnya pertolongan Allah?, kemudian Allah SWT., berfirman “ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat “Al ayah. Dan pada ayat tersebut termaktub kata zulzilu, yang kalau arti secara etimologi adalah gempa atau guncangan.
Sungguh sangat beruntunglah bagi orang- orang yang selalu meminta pertolongan kepada-Nya dengan sabar dan shalat, karena sesungguhnya Allah SWT. bersama orang- orang yang sabar. Dan mereka yang menghadapi cobaan tersebut akan menjadi orang yang mati fisabilillah ( di jalan Allah) , Allah SWT. berfirman: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang- orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup , tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.S. Al Baqarah; 154).
Tentu di dalam hidup ini ada susah dan juga senang, ada gembira dan juga ada sedih, sekarang tergantung kita bagaimana caranya agar tidak terlarut dengan penyesalan hingga kita tidak hanya dikelilingi dengan kepahitan. Hidup itu bagaikan roda yang selalu berputar, kadang kita diposisi atas terkadang juga sebaliknya kita jatuh di kondisi yang paling bawah. Anggapan masalah atau problem itu bumbu penyedap dalam hidup kita kadang benar, dan tidak lah baik untuk kita buat susah, mari kita nikmati pahit manisnya .
Allah SWT. Berfirman “laa tahzan inna Allah ma’anaa” yang artinya janganlah engkau bersedih sesungguhnya Allah bersama kita (al ayah)
Balliguu ‘anniy walau ayah…. Wallahu a’laam
1 comment:
bismillah khoer ;)
Post a Comment