Gagal merupakan kata yang singkat, bahkan arti dan maknanya pun begitu singkat. Kegagalan banyak orang yang mentafsirkannya dengan berbagai macam makna. Beberapa orang mengatakan kegagalan merupakan akhir dari segalanya, yang mana apabila seseorang tersebut telah mengalaminya maka dia tidak akan bisa memperbaikinya atau bangkit dari kegagalan tersebut. Adapun sebagian mengatakan bahwa kegagalan adalah jalan atau anak tangga yang akhirnya akan membawa seseorang tersebut menuju kesuksesan atau kebahagian. Kebahagian disini meliputi dari segala aspek, baik itu kegagalan psikis, materialis, simbolis. Itu merupakan pembagian dari sebagian golongan, sedangkan sebagian yang lainnya terbagi dari berbagai macam kategori kegagalan, antara lain kegagalan akademik dan ekonomik. Kegagalan akademik adalah hal yang paling sering kita temukan, baik itu di lingkungan study maupun dilingkungan kediaman atau rumah kita sendiri. Mungkin kita to the point saja maksud dari kegagalan akademik adalah gagal naik kelas, gagal dapat nilai pelajaran yang baik, gagal berprestasi. Demikian halnya kegagalan ekonomik, sebagian orang mengatakan bahwa ada korelasi antara akademik dan ekonomik. Akademik akan terganggu apabila ekonomik tidak mendukung, dan ini paling sering terjadi di Negara kita
Banyaknya godaan yang terlalu cepat dan signifikan sehingga banyak diantara kita yang terjebak dengannya perlu perhatian dari segala pihak, adapun penggagas solusi tidak lain merupakan dari si mahasiswa. Dengan kreatifitas yang dimilki dapat membuat segala hal menjadi pendukung akademik dan ekonomiknya. Perlu kita ketahui bahwa perhatian terhadap ekonomk sudah tidak tabu lagi, begitu juga dalam Islam telah dinyatakan bahwa wajibnya mencari nafkah atau duniawi untuk melancarkan ukhrawi umatnya. Sebagaiman yang telah kita ungkapkan perlunya (balance) keseimbangan antara akdemik dan ekonomik. Tidak ada keraguan dan sanggahan dengan menjadikan kesuksesan akademik menjadi hal yang priority, walaupun banyak yang mengira kefanatikan dalam akademik yang berorientasi dengan ijazah semata adalah keliru, justru yang demikianlah yang bisa menyelesaikan jumlah kemiskinan Indonesia, kenapa tidak, mari kita bayangkan kalau seandainya anak bangsa belajar di sekolah hingga perguruan tinggi kemudian berpartisipasi dalam perusahaan pemerintah dan swasta, itu akan meningkatkan taraf hidup bangsa sendiri daripada banyak memolorkan belajarnya dengan alasan pemantapan atau memaksimalkan kualitas. Seyogyannya putra bangsa memilki keahlian dalam satu bidang dari pada pemaksaan untuk memahami semua bidang, yang mana berdampak minimnya putra bangsa yang mendapat gelar doctor maupun professor. Oleh karena itu tetaplah bergerak pada relnya masing-masing untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan membanggakan dirinya sendiri dan tentunya juga akan membanggakan orang-orang yang berada di lingkungannya seperti keluarga, teman, saudara, dan semua orang yang melihat dan mengenalnya. Raihlah akademik yang setinggi-tingginya dan teruslah berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi dirimu dan bangsamu, akademic and ekonomic priority oriented.